sumeleh

semua yang ada di alam semesta berdzikir kepada Allah Swt

Mengapa Shalat Kehilangan Kekuatannya

Posted by heri purnomo on February 15, 2007

maududi.jpg  

Dikutip  dari Buku Menjadi Muslim Sejati , tulisan Abul A’la Al-Maududi.

Seringkali kita bertanya kepada diri kita : Mengapa shalat, yang sesungguhnya baik dan bermanfaat itu, tidak merubah kehidupan kita ? Mengapa shalat tidak memperbaiki moral kita, juga tidak mengubah ke dalam kekuatan yang diabdikan untuk Allah ? Mengapa kita terus hidup dalam keadaan memalukan dan kalah ?

Jawaban yang sering kita peroleh adalah, karena kita tidak melakukan shalat secara teratur atau tidak sesuai dengan cara yang dituntunkan oelh Allah dan Rasul-Nya. Jawaban ini mungkin tidak memuaskan kita. Untuk itu saya akan mencoba memberikan jawaban secara lebih detil.

Ibarat Jam

Lihatlah jam yang dipasang di dinding: ada bagian-bagian kecil di dalamnya yang saling berkait. Jika kita memutarnya, seluruh jarumnya berputar, dan karena jarum-jarum itu bergerak akibatnya adalah seperti yang kita lihat. Satu jarum bergerak menunjuk kepada detik, satu lagi kepada menit. Tujuan jam adalah untuk menunjukkan waktu yang tepat. Seluruh jarum dipasang bersama-sama dan sistem putar sedemikian rupa dibuat sehingga masing-masing jarum itu bergerak sebagaimana seharusnya. Hanya ketika seluruh bagian dipasang secara benar dan kemudian jam tersebut diputar dengan tepat, maka jam itu akan memenuhi tujuan pembuatannya.

Jika kita tidak memutarnya, jam itu tidak akan menunjukkan waktu yang tepat. Jika kita memutarnya tetapi tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan, ia akan berhenti atau malah tidak bekerja, sehingga tidak menunjukkan waktu yang tepat. Jika kita menukar bagian-bagiannya kemudian memutarnya, tidak akan ada sesuatu yang diperoleh dari jam tersebut. Jika kita mengganti jarumnya dengan jarum mesin jahit dan kemudian memutarnya, jam itu tidak akan menunjuk waktu, tidak pula menjahit pakaian. Jika kita melepas bagian-bagiannya dan menyimpan dalam kotak, tidak akan ada yang bergerak meski kita memutarnya. Tidak bekerjanya bagian-bagian jam sesuai tujuan dibuatnya adalah karena kita mengacaukan susunannya dari yang seharusnya.

Dalam situasi semacam ini, keberadaan jam dan tindakan memutar jam menjadi tidak ada gunanya, meski orang yang melihatnya dari jauh tidak bisa mengatakan bahwa itu bukan jam atau bahwa kita tidak memutarnya. Dia tetap akan menganggap bahwa itu adalah jam dan mengharapkannya berfungsi sebagai jam. Begitu juga, kalau dari jauh orang melihat kita memutarnya.

Tujuan Umat Islam

Bayangkanlah, Islam seperti halnya jam ini. Karena tujuan jam adalah untuk menunjukkkan waktu yang tepat, tujuan Islam adalah bahwa kita harus hidup di dunia ini sebagai wakil Tuhan, sebagai saksi Tuhan bagi manusia dan sebagai standar pembawa kebenaran. Kita harus mengikuti perintah-perintah Tuhan dan membawa seluruh manusia berada di bawah-Nya.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan berima kepada Allah. ( QS. Ali Imran : 110 ) “

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu umat Islam, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia (QS : Al-Baqarah : 143 )

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal sholeh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di atas bumi. (QS : An-Nur : 55)

Keseluruhan Ajaran Islam.

Untuk mencapai tujuan ini, beragam bagian sebagaimana yang telah disebutkan, seperti bagian dari jam, dibawa bersama-sama dalam Islam. Kepercayaan dan prinsip-prinsip moralitas, peraturan tingkah laku sehari-hari, hak-hak Tuhan, hak-hak hamba, hak-hak diri seseorang, hak segala sesuatu yang ada di dunia yang kita jumpai, peraturan memperoleh dan memanfaatkan uang, hukum perang dan perdamaian, prinsip-prinsip pemerintahan dan batas-batas kebolehan mentaatinya, semua ini merupakan bagian-bagian Islam. Sebagaimana jam, semua bagian-bagain dalam Islam ini dihubungkan satu sama lain dengan cara seperti ini pula, sehingga begitu diputar semua bagiannya akan bergerak dan bersamaan dengan bergeraknya semua bagian-bagian ini, hasil yang diinginkan tercapai. Berperannya hukum Tuhan di dunia, dominasi Islam, mulai terwujud apabila zaman bergerak seperti halnya dengan gerakan bagian-bagian jam yang ada di depan kita.

Guna mempercepat bagian-bagian yang berbeda secara bersamaan, digunakan sekrup dan seperangkat logam-logam kecil. Begitu juga, untuk membuat bekerjasamanya bagian-bagian Islam, ada rancangan yang disebut jamaah atau organisasi. Orang-orang Islam harus mengorganisasikan diri mereka, dan memiliki pemimpin-pemimpin yang melengkapi satu pengetahuan serta ketakwaan. Otaknya harus membimbingnya dan anggota badannya harus mematuhinya, sebagaimana semuanya berjuang untuk hidup di bawah komando Tuhan.

Jika seluruh bagian ini telah dipasang dengan tepat, selanjutnya diperlukan pemutar untuk menggerakkan bagian tersebut. Shalat yang dilakukan 5 kali sehari menjadi pemutar, menciptakan energi yang menentukan geraknya kehidupan Islam. Diperlukan juga upaya membersihkan jam tersebut, puasa yang dilaksanakan 30 hari setiap tahun membersihkan hari dan moral. Memberi minyak juga harus dilakukan, zakat adalah seperti minyak yang diletakkan pada setiap bagian-bagiannya sekali setahun. PErlu juga untuk memeriksanya secara periodeik, haji adalah pemeriksaan yang seharusnya dilakukan paling tidak sekali selama hidup, lebih dari sekali tentu saja lebih baik.

Menyalahgunakan Jam

Proses memutar, membersihkan, memberi minyak dan memeriksa hanya digunakan jika seluruh bagian-bagian itu menjadi kerangka; jika  semua bagian itu saling dihubungkan dalam desain si pembuat jam; dan jika semua bagian itu dalam keadaan baik. Sehingga begitu diputar segera bergerak dan memperlihatkan kerjanya.

Sayang, saat ini situasinya berbeda, baru mulai banyak jamaah, struktur organisasional yang diharapkan menghubungkan seluruh bagian jam itu secara bersama-sama telah mati atau berhenti. Akibatnya seluruh bagian itu tercerai-berai, masing-masing kehilangan cara jalannya sendiri. Setiap orang mengkhayal. Tidak ada seorangpun yang mempersoalkan berbagai hal. Setiap orang otonom. Jika seseorang ingin mengikuti aturan Islam, ia bisa; jika seseorang tidak menginginkannya, ia juga bisa.

Bahkan, jika apa yang disebut kebebasan ini belum memuaskan kita, kita mencabuti bagian-bagian tersebut dan kita ganti dengan bgaian-bagian mesin lain, onderdil dari mesin jahit atau dari pabrik atau dari mobil. Kita merasa sebagai muslim namun mengabdikan loyalitas kepada kekafiran, memungut bunga, mengasuransikan hidup, mengajukan gugatan hukum yang salah, anak-anak perempuan kita, saudara-saudara perempuan kita dan istri-istri kita mengabaikan ajaran Islam dan anak-anak kita diberikan pendidikan yang materialistik dan sekuler. Banyak di antara kita menjadi pengikut Gandhi, yang lain mengikuti Lenin. Dan perangkat tidak Islami yang mana lagi, sehingga kita tidak tergolong dalam kerangka jam Islam ?

Meski demikian, kita mengharapkan jam itu bekerja dengan baik ketika kita memutarnya. Dan kita berharap bahwa membersihkan, meminyaki dan memeriksanya akan membuatnya berfungsi. Bagaimanapun, dengan sedikit refleksi kita akan melihat saat-saat yang tepat kapan kita harus merawat jam itu,kita bisa memutarnya, meminyakinya dan memeriksanya sepanjang hidup kita tanpa ada pengaruhnya sama sekali. Tidak akan ada yang terjadi sampai kita menggantikannya dengan baigan-bagian yang orisinal dan mengembalikan prioritas orisinilnya. Maka, pemutaran itu akan menghasilkan fungsi yang semestinya.

Mengapa shalat tidak berguna ?

Persoalannya, mengapa ibadah shalat, puasa, zakat dan haji tidak berpengaruh terhadap kehidupan kita. Hal itu disebabkan oleh : pertama, sedikit sekali dari kita yang menunjukkan perilaku sembahyang; kedua, terputusnya jalinan jamaah Islam. Setiap orang menjadi otonom. Apakah kita memenuhi kewajiban atau tidak, tidak ada yang peduli. Kita tidak konstan dalam melaksanakan shalat jamaah. Seseorang dipilih menjadi imam shalat belum terseleksi secara ketat,namun karena tidak cakap dalam pekerjaan lain, orang yang memperoleh bebas makan dari yang didermakan di masjid-masjid adalah orang yang tidak terpelajar, orang yang kehilangan kepekaan moral. Bagaimana mungkin sebuah jamaah dipimpin oleh orang-orang seperti itu bisa membimbing kita menjadi pemimpin umat manusia ? Sama halnya dengan puasa, zakat dan haji kita.

Meski kenyataannya seperti itu, kita beralasan: banyak kaum muslimin melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka secara sadar, kenapa hal itu tidak menciptakan perubahan ? Tetapi, seperti telah saya katakan, ketika bagian-bagian dari jam dilepaskan dan onderdil-onderdil lain dipasang untuk menggantikannya. apakah kita memutarnya atau tidak, membersihkannnya atau tidak dari kejauhan yang tampak bukanlah seperti jam. Boleh jadi orang yang melihat akan mengatakanL Inilah Islam dan kita adalah orang-orang muslim. Hanya yang tidak bisa dilihatnya adalah betapa buruknya perlengkapan mesin itu.

Kondisi Kita yang Menyedihkan

Kita memahami mengapa meskipun kita melakukan shalat dan puasa namun tetap berada di bawah injakan kaki tiran yang kejam. Tapi, haruskah saya mengatakan sesuatu yang bahkan lebih menyusahkan? Meski kita benar-benar menyesali keadaan ini, saya katakan bahwa 999 dari 1000 muslim yang tidak memiliki kesiapan  untuk mengubah situasi yang mereka alami. Mereka tidak memiliki niat untuk memasang jam Islam sebagaimana mestinya. MEreka taku bahwa rekonstruksi apa pun akan berarti bahwa peran-peran penting yang disenangi harus mereka lepaskan, dan mereka tidak siap untuk menerima hal tersebut. Mereka takut bahwa mengalihkan bagian-bagian manapun berarti mereka harus disiplin terhadap diri mereka sendiri dan mereka tidak menginginkan hal itu.

Alih-alih, mereka lebih suka jam itu sekedar menjadi dekorasi dinding untuk memperlihatkan betapa indahnya Islam dan betapa ajaibnya apa yang ditunjukkannya. Mereka yang diharapkan lebih mencintai jam ini lebih dari pada orang lain akan memutarnya berulang-ulang dengan penuh semangat, dan membersihkannya dengan susah payah. Tetapi mereka tidak ingin membersihkan bagian yang berhubungan dengannya.

Saya ingin dapat mendukung sikap-sikap dan perilaku anda. Tetapi saya tidak bisa mengatakan apapun yang saya anggap salah. Saya percaya anda bahwa, selain shalat wajib lima kali sehari, seandainya anda melaukan shalat tahajud, isak, subuh, membaca Al-Quran beberapa jam setiap harinya, melaksanakan puasa selama lima setengah bulan dalam sebelas bulan selain bulan Ramadhan, tidak akan ada yang bisa dicapai. Yang dibutuhkan adalah memasang onderdil-onderdil jam yang asli dan merawatnya dengan benar.  Jika demikian, sedikit saja diputar, jam itu akan bekerja sebagaimana mestinya dan hanya perlu sedirkit pembersihan dan perbaikan.

“Tidak ada kewajiban bagi kami kecuali sekedar menyampaikan” .

5 Responses to “Mengapa Shalat Kehilangan Kekuatannya”

  1. Isi postingan ini sangat berbobot.
    Bisakah tampilannya diperbaiki supaya pembaca lebih nyaman dalam “mengunyah” kata demi kata?

  2. sumeleh said

    Terima kasih atas masukkannya Pak. Postingan sudah saya edit, semoga lebih nyaman dibacanya.

  3. gustian said

    Saya belum puas dengan jawaban: “Mengapa shalat” pada tilisan ini. apa tidak ada perumpamaan lain?, selain jam adalah adalah buatan manusia, sekarang jam kebanyakan sudah berbentuk digital dan tidak berputar lagi seperti yang anda sebutkan. tolong berikan penjelasan yang lebih logika. saya sangat butuh penjelasan yang menjawab “Mengapa Shalat”.

  4. tia said

    sebelumnya maaf, saya kurang setuju dengan artikel ini, karena menurut saya shalat kehilangan kekuatannya karena orang tidak mengerti makna dari shalat itu sendiri bukan hanya karena cara – cara yang dia lakukan kurang tepat.
    bukankah dalam gerakan – gerakan shalat mempunyai makna2 yang terkandung dan dalam bacaan shalat pun mengandung makna2 yang mengingatkan kita untuk menjalani kehidupan, akan tetapi banyak orang yang tidak mengetahuinya dan hanya melakukan shalat sekedar
    kewajiban saja atau pemuas hasrat rohaninya saja.

    dan saya pun kurang setuju dengan pendapat berikut:
    Seseorang dipilih menjadi imam shalat belum terseleksi secara ketat,namun karena tidak cakap dalam pekerjaan lain, orang yang memperoleh bebas makan dari yang didermakan di masjid-masjid adalah orang yang tidak terpelajar, orang yang kehilangan kepekaan moral. Bagaimana mungkin sebuah jamaah dipimpin oleh orang-orang seperti itu bisa membimbing kita menjadi pemimpin umat manusia ?
    kenapa orang yang memperoleh bebas makan dari yang didermakan dari masjid dianggap tidak terpelajar dan kehilangan kepekaan moral dan dianggap kurang pantas menjadi imam?
    mungkin saja kan orang itu sedang mendapat cobaan dari Allah dan terpaksa memperoleh makanan yang didermakan dari masjid, dan kualitas dari seorang imam pun tidak dilihat dari itunya saja kan tetapi dari amalan dia, bukankah begitu?
    maaf bila pendapat saya salah dan ada kata2 yang kurang enak, terima kasih

  5. […] Mengapa Shalat Kehilangan Kekuatannya Pelajaran berharga sebelum sholat » Blog at WordPress.com. | The Andreas09 […]

Leave a comment